Kamis, 15 Juli 2021

BERUSAHALAH, JANGAN MENYERAH

 


Berusahalah, Jangan Menyerah

Salah satu tanda kehidupan adalah adanya usaha dan perjuangan. Sebatang pohon yang hidup maka akarnya akan terus bergerak berjuang untuk mencari makanan walaupun ada tantangan keras seperti tanah yang liat dan batu kerikil yang di hadapinya. Namun akar tidak menyerah, berhenti dan putus asa. Ia akan berusaha mencari celah yang bisa dilalui. Bahkan rela membelok kerarah yang berbeda demi mempertahankan hidup. Bagaimana dengan kita manusia? Apakah kita menyerah dan putus asa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup yang ada. Apakah jalan kita sudah buntu? Apakah tidak ada sedikit celah yang ada untuk kita berusaha dan berjuang mempertahankan hidup? Kita perlu berusaha. Berusaha bagaimana? Mengapa kita perlu berusaha? Paulus menuliskan; Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya, 2 Korintus 5:9.

Apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Kristus adalah Raja kita? Ini menjadi panggilan untuk melayani dengan setia dan beriman kepada Kristus yang telah menyelamatkan kita dari belenggu Iblis. Ia telah menghancurkan kuasa Iblis atas kita dan sanggup melindungi kita dari murka Allah. Singkat kata, siapakah yang berhak atas kita selain Kristus? Ia telah menyerahkan nyawa-Nya demi menebus kita dan melepaskan kita dari semua musuh sehingga kita dapat melayani Dia dalam kekudusan tanpa ketakutan sepanjang hidup kita. Biarkanlah Iblis dan manusia melakukan pekerjaan kefasikan, tetapi bukan tangan kita, oh orang percaya!

Jika darah kesetiaan mengalir dalam pembuluh kita, hati kita yang sudah dimenangkan akan menghantam kita ketika kita melanggar bahkan sisi yang paling remeh dari hukum-Nya yang kudus. kita laksana membawa bara api di pangkuan jika hati kita menyembunyikan pengkhianatan melawan Allah yang berdaulat. Tidak, sebaliknya milikilah hasrat untuk meninggikan nama Kristus dan menjadi alat Allah bagi generasi kita. kita bukanlah seorang bawahan yang baik jika hanya mencari keuntungan dari Sang Raja, tetapi tidak pernah memikirkan pelayanan apa yang dapat dipersembahkan. Kita bukan seorang Kristen sejati jika lebih memikirkan kebahagiaan sendiri dibandingkan kehormatan Allah. Paulus bersedia menderita demi kemajuan Injil, dan sabar menunggu upah yang akan diterimanya belakangan. Inilah yang membuat hidup layak dijalani, melayani Allah sebagai bukti penghargaan kita akan kasih-Nya yang menebus.

Wahai orang percaya, karena Ia telah menyelamatkan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih, janganlah membuang waktu: apa yang kita rindu lakukan bagi Allah, lakukanlah dengan segera! Bekerjalah dengan gigih bergairah! Jika pedang Raja baru kita ada di tangan kita, pakailah dan gunakan dengan saksama, sehingga ketika kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, sarung pedang kita tidak kedapatan berkarat, yang diakibatkan oleh sikap malas dan pengecut. Jadilah setia, kerjakanlah tugas kita dan bekerjalah keras, karena kita adalah duta Allah dan akan memandang wajah-Nya dengan sukacita. Amin.

Selasa, 13 Juli 2021

PERJUANGAN HIDUP YANG SEJATI

Perjuangan hidup


Selama kehidupan kita masih berlangsung di dalam dunia, maka perjuangan hidup kita akan tetap ada. Baik itu perjuangan untuk melawan sakit-penyakit, perjuangan melawan kesulitan ekonomi, berjuang melawan ketidakadilan, serta segala kejahatan lainya, termasuk berjuang melawan keingingan daging dalam diri.

Dunia dimana kita tinggal adalah dunia yang sudah rusak oleh karena keberdosaan manusia. Karena itu, sebagai orang percaya, kita dipanggil dan diutus ke dalam dunia untuk memberitakan berita pertobatan, menyatakan kasih Allah, menjadi saksi-Nya, memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya seraya memohon belas kasihan Tuhan kiranya Roh Kudus menuntun orang yang mendengar Injil percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Dengan kata lain bahwa kita hadir di dalam dunia untuk mendemonstrasikan kasih Allah, sekaligus sedang bertarung dan berjuang. Dunia ini merupakan arena untuk memproklamirkan kasih Allah sekaligus sebagai arena pertarungan juga bagi kita. Surat rasul Paulus kepada orang percaya di Efesus memberikan kepada kita gambaran perjuangan hidup yang dihadapi oleh orang percaya.

 Apa yang orang percaya harus lawan? Rasul Paulus menuliskan; Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12).

Dari apa yang Paulus tuliskan, seorang bernama William Gurnall dalam perenungannya menyampaikan bahwa keadaan kehidupan orang Kristen di dunia ini digambarkan sebagai pertarungan. Ini pertarungan tersendiri, satu lawan satu. Karena kehidupan Kristen merupakan pertempuran yang berkesinambungan, maka ia membutuhkan pedang sekaligus juga sekop. Orang percaya diserang musuh dari segala arah. Ketika ia sedang berdoa, Iblis dan kedagingan juga berceloteh untuk menenggelamkan suara permoronannya. Basuhlah jiwa kita dengan sering merenungkan kasih Kristus, hal ini akan membuat kita tidak menggubris tawaran dosa. Jangan katakan kita mengasihi Dia selama kita masih dapat memangku bahkan memeluk dosa yang menusuk hati-Nya. Adalah janggal jika seorang anak menyimpan dan suka menggunakan pisau yang pernah dipakai orang untuk menikam ayahnya, dan bukannya pisau lain. Sebagai pegulat yang arif, seranglah musuh kita dengan segenap kekuatan tubuh kita. Jangan biarkan dia bernafas atau bangkit lagi.

Status kehidupan beranugerah hanya memulai pertarungan kita melawan dosa. Oh, seharusnya hal ini membuat kita merindukan rumah kita, di mana tidak ada huru-hara maupun keributan yang membabi buta: di mana tidak ada pedang, melainkan daun palem: bukan genderang, tetapi harpa, bukan rintihan tentara yang berdarah dan nurani yang terluka: melainkan suara musik pujian indah dan menakjubkan bagi Allah kita dan Sang Anak Domba. Hiburkanlah diri kita dengan hal-hal ini. Ada tempat perhentian bagi umat Allah di sana. Di dunia ini, kita menang untuk selanjutnya bertarung kembali. Pertarungan melawan satu godaan mungkin berlalu, tetapi peperangan masih terus berlangsung. Kedamaian seperti apa yang dapat kita miliki selama setan-setan dapat tiba-tiba muncul dari lubang persembunyian mereka? Tetapi apabila kematian datang, hantaman terakhir dihentikan. Tabib Agung akan memulihkan secara sempurna semua kebutaan dan ketimpangan rohani kita.

Wahai, orang percaya, apa yang merampas kesukacitaan hidup kita selain pertarungan? Bukankah hidup adalah anugerah untuk melayani dan kematian adalah keuntungan? Kedamaian menjadi indah setelah peperangan, dan lidah siapakah yang sanggup mengungkapkan kesukaan dan kemuliaan yang memenuhi para makhluk saat perjumpaan pertama mereka dengan Allah dan mereka yang berbahagia bersama-sama dengan-Nya. Tak seorang pun kecuali mereka yang menetap di sana mampu mengungkapkannya. Karena itu selama Tuhan mempercayakan hidup kepada kita untuk bertarung melawan dosa, bertarunglah dengan menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah, yaitu kebenaran-Nya serta memohon kekuatan dan pertolongan Roh Kudus. Karena hanya oleh Dialah kita dimampukan untuk memperoleh kemenangan. Selamat berjuang, Tuhan memberkati dan menolong kita.


Minggu, 11 Juli 2021

PERKATAAN DAN TINDAKAN

  

Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jumpai atau kita jalani beragam tipe manusia. Pertama, ada yang banyak dan fasih dalam berbicara tetapi kurang dalam tindakan atau mungkin juga tidak ada tindakan sama sekali. Kedua ada tipe orang yang sedikit berbicara tetapi kaya dalam tindakannya. Tipe yang ketiga adalah, ada orang yang balance dalam perkataan dan tindakan. Dalam hal ini apa yang dikatakannya itulah yang dilakukannya. Hidup seseorang bukan saja tentang apa yang dikatakannya, tetapi apa yang dilakukannya? Bagaimana seseorang melakukan sesuatu? Itu manusia. Bagaimana dengan Allah? Mari melihat apa yang ditulis oleh seorang pemazmur; Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada (Mazmur 33:9).

Apa yang diucapkan Allah adalah tindakan-Nya sekaligus. Semua janji-Nya merupakan satu kesatuan dengan penggenapannya. Ia sungguh berkehendak untuk menggenapi Firman-Nya sesuai dengan apa yang dijanjikan-Nya. Tidak ada jarak antara kata dan tindakan-Nya, tidak seperti manusia. Perkataan dan tindakan Allah adalah satu kesatuan. Pertimbangan ini langsung menyingkirkan hambatan utama iman. Bukankah hal ini yang melemahkan keyakinan kita akan janji-janji Allah? Bukankah kita menganggap penggenapan janji-janji Allah sebagai tidak pasti dan sulit, atau di masa mendatang dan masih sangat lama? Jika kita mampu memandang penggenapan sepasti janji-Nya, iman dapat menyimpulkan bahwa penggenapan janji-janji Allah adalah pasti, mudah, dan terjadi pada saat ini.

Akar semua kepastian adalah kehendak Allah. Jika Ia berkehendak untuk menjanjikan, la juga berkehendak untuk menggenapi. Bagi Allah, kedua hal ini sama. Orang percaya memiliki hak yang tidak perlu dipertanyakan terhadap semua hal yang dijanjikan Allah. Semua janji itu diwariskan kepada orang percaya melalui kehendak kekal Sang Bapa, dan telah lunas dibayar oleh darah Kristus yang mahal. Seluruh esensi Allah yang mulia terlibat demi penggenapan setiap janji-Nya. la akan berhenti menjadi Allah jika gagal menggenapi janji-Nya yang mana pun. Karena Ia bukan Allah jika la bukan Yang Paling Sempurna. Seandainya Ia tidak menggenapi janji-janji-Nya, hal ini akan menyingkirkan Dia sebagai yang mutlak sempurna.

Jika Ia tidak menggenapi janji-janji-Nya, Ia dapat dikatakan tidak memiliki kehendak, atau kemampuan. Artinya: Ia memiliki kekurangan, baik dalam hal kuasa maupun hikmat. Jika la tidak pernah berkehendak untuk menggenapi, lalu bagaimana la dapat dianggap benar? Jika la pernah berkehendak, tetapi sekarang berubah pikiran, bagaimana Ia dapat disebut Allah Yang Mustahil Berubah? Jika la bukan Yang Mustahil Berubah, Ia tidak kekal. Sepasti Ia adalah Allah, la akan mewujudkan janji-janji-Nya. Kita sama saja mengatakan tidak ada Allah bila meragukan penggenapan atas janji-janji-Nya. Kemuliaan keberadaan-Nya dipertaruhkan di sini. Ia tidak kehilangan apa pun jika la menggenapi janji-janji-Nya, tetapi jika tidak, la akan kehilangan segalanya. Ia melibatkan diri-Nya tatkala la menerapkan Firman-Nya. Manusia dapat tetap sebagai manusia meskipun tidak setia, sebaliknya Allah tidak dapat tetap sebagai Allah apabila Dia tidak setia: Ia tidak dapat menyangkal Diri-Nya sendiri.

Betapa bersyukurnya kita memiliki Allah yang telah beranugerah kepada kita dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia tidak pernah melalaikan firman-Nya. Allah yang kita sembah dalam Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang menggeanpi seluruh firman-Nya, bagi kita yang dikasihi dan mengasihi-Nya. Karena itu jangan pernah ragu akan kebenaran firman Allah. Tuhan menolong dan memberkati kita dalam melakukan kehendak-Nya. Amin

 

HAL YANG BERHAGA BAGI KITA

 

Dalam kehidupan kita apa yang berharga? Bagi sebagian orang mungkin akan berkata, keluargalah yang berharga. Mungkin juga ada yang berpendapat bahwa kesehatan, atau yang lain mungkin akan berkata bahwa karier (pekerjaan). Tapi mungkin juga ada yang menganggap bahwa harta, entah itu uang, deposito (tabungan). Barangkali ada yang berpikir mungkin yang dianggap berharga adalah teman, follower, fans. Barangkali masih banyak yang lainnya yang dianggap berharga bagi kehidupan ini. Apakah itu semua cukup? Tidak. apakah masih ada hal lain yang paling berharga bagi kita? Ada. Apakah itu? yaitu janji-janji yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Kita memiliki janji-janji dari Allah. kita hidup dalam janji-janji Allah. Janji-janji Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita sangat berharga dan sangat besar. Rasul Petrus berkata; Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar (2 Petrus 1:4).

Di dalam sebuah perenungannya, David Clarkson menuliskan bahwa dengan iman orang percaya dapat mengambil penghiburan dari suatu janji dari kebanyakan ayat Alkitab. Tak terhitung banyaknya jenis dan janji tersirat yang dapat kita terapkan. Iman hidup di dalam kekuatan janji. Iman berbincang dengan Allah berdasarkan janji-janji Allah dengan penalaran yang kudus. Sebuah janji yang telah diberikan Allah kepada orang lain dapat diterapkan secara khusus kepada kita jika tidak terdapat alasan tertentu yang membatasinya. Bermacam-macam simbol atau kejadian dapat diterapkan secara pribadi sebagai janji-janji: manna dari sorga sebagai nutrisi rohani dari Kristus. Janji-janji untuk hal-hal lahiriah dapat diaplikasikan secara rohani, demikian sebaliknya.

Barangkali tidak semua kita menyetujui pandagan yang disampaikan oleh David Clarkson tersebut. Sebab menurut Clarkson “Jika Allah mengaruniakan makanan jasmaniah kepada orang yang dikasihiNya, masakan la membiarkan jiwa kelaparan? Masakan Ia yang melepaskan jiwa dari kematian tidak menyediakan sedikit sekam dari dunia?" Orang percaya tidak seharusnya ragu-ragu untuk memohon janji-janji bersyarat meskipun ia hanya sedikit memenuhi syaratnya. Anugerah mungkin belum berbentuk kobaran api, tetapi sudah mulai berasap. Anda mungkin belum tumbuh setinggi pohon aras, tetapi Kristus berkenan pada buluh yang terkulai. Tidak seharusnya kita berkecil hati “memohon” janji-janji Allah. la menawarkannya dengan kondisi harga terjangkau. Memercayai Allah lebih disambut oleh-Nya dan memberikan hak yang lebih jelas atas janji tersebut dibandingkan dengan persyaratan yang menyertainya. Memenuhi persyaratan tidak serta-merta mewujudkan janji jika tanpa iman. Jika orang percaya membawa serta iman ke atas sebuah janji, maka mereka membawa apa yang paling menyenangkan Allah.

Memohon satu janji membuat orang percaya berhasrat atas semua janji Allah. Tindakan awal iman mengaruniakan mereka hasrat kepada Kristus, dan semua orang yang memiliki Kristus, memiliki segalanya. Orang percaya berhak atas semua janji Allah, dan dapat dengan yakin menerapkan semuanya. Orang percaya ada dalam pemikiran Allah tatkala Dia merancang janji itu. Alangkah membesarkan hati! Bertindak dan hiduplah di dalam iman, dan ingatlah bahwa Anda ada di dalam pemikiran Allah dan di depan mata-Nya tatkala Dia berjanji.

Yang menjadi problem bukan pada janji-janji Allah, hati manusia. problemnya ada dalam kehidupan orang percaya adalah ada yang hanya mau memohon dan menerima janji-janji Allah. Bahkan ada yang mengklaim janji-janji Allah. Tetap abai untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada kehendak Allah. Sekiranya kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah maka kita tidak perlu ragu dengan janji-janji Alah. Karena Allah adalah Allah yang setia dan adil. Betapa bersyukurnya kita memiliki janji-janji Allah yang berharga dan besar bagi kehidupan kita. Betapa bersyukurnya kita menjadi orang yang diperekenan oleh Allah untuk menerima janji-janjinya yang berharga dan besar. Satu hal yang seyogyanya kita ingat sebagai orang yang diberi anugerah oleh Allah untuk menerima janji-janjinya yang berharga, yaitu hidup taat dan setia melayani Dia. Amin

Sabtu, 10 Juli 2021

SUKACITA KETIKA MENDERITA

 

Mendekati kebaikan dan menjauhi penderitaan, barangkali itu yang ada dalam pemikiran dan keinginan manusia. Mengapa? Karena penderita identik dengan ketidaknyamanan, kesatikan, ketidakberdayaan, kemiskinan dan lain-lain. Menderita sesuatu yang tidak menyenangkan. Bagi manusia tidak ada sukacita ketika hidup mengalami penderitaan. Tetapi Alkitab memberikan pemikiran yang berberbeda dari apa yang manusia umumnya pikirkan. Bagi kehidupan orang percaya, bersukacita bukan hanya ketika hidup tidak mengalami penderitaan. Bersukacita dapat dirasakan ketika hidup sedang mengalami suatu penderitaan. Penderitaan tidak bisa dihindari oleh manusia. Bahkan setiap manusia memilki bagian penmderitaannya masing-masing, termasuk bagi orang percaya. Apa yang dikatakan oleh rasul Petrus; “Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.”1 Petrus 4:13

Bagaimana penderitaan bagi kehidupan orang percaya? Bagaimana orang percaya ketika mereka menderita? Mengapa orang percaya menderita? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering muncul dalam pikiran sebagian orang Kristen.  Seorang Puritan, Thomas Case, menuliskan berikut ini. Penderitaan kita sendiri memberikan sebagian pencerahan tentang penderitaan Yesus Kristus. Di masa kemakmuran, kita mengabaikan salib. Cerita tentang kesengsaraan Kristus membawa hati kita kepada-Nya, tetapi rasa haru dan kesedihan cepat berlalu. Tetapi jika Allah menimpakan penyakit pada tubuh kita, membuat nyeri tulang-tulang kita, dan demam membakar kita, kaki lecet-lecet di balik kasut, dan jiwa kita tertikam pisau, maka kita akan memandang Dia yang mereka tikam dan mengatakan: “Jika serpihan salib yang saya rasakan sedemikian berat, betapakah berat salib (Kristus) yang sesungguhnya? Jika rasa sakit tubuhku demikian pahit, alangkah menyesakkannya penderitaan yang dipikul Tuhan Yesus di dalam jiwa-Nya?

Jika kemarahan manusia begitu menusuk hati, bagaimanakah jadinya murka Allah? Bukankah begitu pedih hati kita tatkala ditinggalkan para sahabat? Lalu seperti apakah rasanya bagi Anak Allah yang dikasihi, ditinggalkan oleh Bapa-Nya? Apakah belenggu begitu berat, penjara begitu menjijikkan, dan hukuman mati demikian mengerikan? Aduh, bagaimana rasanya bagi Dia, Pencipta langit dan bumi, dibelenggu, diejek, ditindas, diludahi, dipukul, dicerca, dilempar ke penjara, didakwa, dihukum, dan dihukum mati dengan cara yang paling memalukan dan terkutuk! Oh, untuk apa Dia menanggung semua perlawanan manusia berdosa, kegusaran setan, dan murka Allah, sambil berteriak keras: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” la tidak melakukan satu pun kejahatan, tipu tidak pernah keluar dari mulut-Nya.

Terpujilah Allah, penjaraku bukanlah neraka, kebakaranku bukanlah oleh api tak terpadamkan, cawan minumanku tidak diisi oleh murka (Allah), dan aku dilepaskan dari murka yang akan datang! Dengan keikutsertaan kita menanggung sisa-sisa serpihan salib, yang diwariskan kepada kita sebagai pusaka, kita dapat sedikit memahami penderitaan Kristus, atau setidaknya melalui penderitaan kita yang sangat tidak sebanding dengan penderitaan-Nya, kita mampu menduga-duga penderitaan-Nya yang tidak mampu kita pahami sepenuhnya. Tuhan menolong, memimpin dan menguatkan ketika kita sedang mengalami penderitaan. 

Minggu, 04 Juli 2021

BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI

Belajar mencukupkan diri         


Rasa tidak cukup, tidak puas dan ingin lebih. Itulah gambaran hati manusia berdosa. Merasa tidak pernah cukup mengakibatnya manusia menjadi serakah, mengekspoitasi, menindas, menjarah, mencuri, korupsi hingga tega membunuh sesama bahkan keluarga demi mencapai keinginannya. Tidak pernah puas dan tidak merasa cukup juga membuat manusia sulit untuk berbagi dengan sesamanya, karena hidup hanya berpusat pada diri. Manusia akan menjadi egois dan krisis cinta kasih. Tidak pernah merasa puas dan selalu merasa kurang membuat manusia tidak bersukacita, kalau pun ada sukacita, maka sukacitanya adalah sukacita yang semu. Orang yang merasa selalu kurang dan tidak pernah merasa cukup akan sulit untuk mengucap syukur atas pemeliharaan Tuhan dalam kehidupannya. Kemampuan dan perasaan merasa cukup bukan tindakan instan dalam diri seseorang tetapi suatu proses pembelajaran yang harus dilakukan.

        Sebagai orang percaya apakah kita masih diikat oleh hati dan sikap hidup yang tidak pernah merasa cukup? Atau kita sudah belajar untuk mencukupkan diri dengan segala yang Tuhan telah berikan kepada kita? Belajar mencukupkan diri berarti menyangkut suatu pengendalian atas diri. Itulah yang dilakukan oleh rasul Paulus ketika ia berkata; Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (Filipi 4:11).

Mengutip dari pandangan seorang puritan bernama Thomas Lye, ada karang-karang dan rawa pasir hisap yang harus dihindari secara maksimal oleh iman: Waspadailah kekhawatiran yang merusak (Flp. 4:6). Kekhawatiran yang merusak adalah kekhawatiran yang membuat seseorang meragukan pemeliharaan Tuhan atas hidupnya. Allah yang memberi makan burung pipit akan mencukupi kebutuhan kita. Hati-hati terhadap nasihat duniawi, dan jangan mengandalkan manusia atau bantuan yang bersifat kedagingan. Mencari kelepasan dengan melawan hukum dapat disamakan dengan memancing menggunakan kail emas tetapi hanya berhasil menangkap bangkai ikan, tubuh mungkin terpelihara, tetapi membinasakan jiwa.

Jangan membatasi Yang Kudus dari Israel dengan satu cara kelepasan belaka. Naaman menginginkan Nabi Elisa menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit (kusta) itu untuk menyembuhkannya. Namun Elisa memerintahkan kepadanya untuk pergi ke sungai Yordan, dan mandi tujuh kali di sana (2Raj. 5:10-11). Awasi ketidaksabaran yang menimbulkan sungut-sungut, keluh kesah, dan perbantahan melawan pengaturan Allah. Inilah batu besar yang menjadi sandungan Yunus yang malang: kemarahannya yang begitu besar karena pohon jarak yang mengering. Jangan meragukan kasih Allah ketika menderita. Hati Allah tidak dapat kita pahami sepenuhnya. Diperlukan iman untuk taat pada pemeliharaan Allah.

 Iman kerap kali justru menemukan kasih di hati Allah meskipun yang terlihat di keningNya kernyitan belaka. Batu pemberat iman bergerak dalam aliran arus yang berbeda. Iman mengalir dalam arus rasa cukup (Flp. 4:11) dan kerendahan hati. Kerendahan hati menenangkan jiwa dan membuatnya selamat menunggangi badai. Kesombongan membengkakkan hati dan menyebabkan hati tidak sanggup menahan beban sekecil apa pun. Iman juga mengalir dalam arus pemikiran sorgawi. Iman mengecap dan mengarahkan afeksinya pada perkara yang di atas. Iman yang dipengaruhi oleh pemikiran sorgawi, terbang tinggi dan mampu memandang melampaui bintang-bintang. Iman memandang pada "tangan sorga” dalam semua peristiwa hidupnya. Iman memandang melampaui hingga menjangkau isi hati Allah. “Allah yang mengambil,” kata Ayub. Allah senantiasa bertindak atas dasar kasih, yang mana tujuan akhir pengaturan-Nya senantiasa demi kebaikan para orang kudus-Nya. Iman berpusatkan pada kemuliaan di masa mendatang. Kristus menjalani salib menuju sorga: demikianlah seharusnya semua orang percaya. Pikullah salib hari ini, terimalah mahkota kehidupan di hari esok (Yak. 1:12). Mohonlah kekuatan dan pertolongan dari Allah untuk menjalani semuanya. Tuhan memberkati. Amin

Jumat, 02 Juli 2021

JANGAN PUTUS ASA SAAT SITUASI HIDUP YANG BERAT

          Dalam zaman kepemerintahan raja Yosafat, bangsa Israel menghadapi peperangan melawan bani Moab dan bani Amon. Mereka bangsa yang besar, kuat dan punya pasukan yang banyak jika di bandingkan dengan orang Israel. Raja Yosafat menjadi takut. Apakah Yosafat akan menyerah, putus asa, dan takluk kepada musuhnya? Tidak. Yosafat mencari Tuhan. Ia berseru kepada Tuhan. Dia datang kepada Allah. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Salah satu kalimat yang ia ucapkan adalah “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu” (2 Taw. 20:12).

Apa yang di hadapi oleh Yosafat merupakan gambaran hidup yang mungkin sedang kita hadapi, atau akan kita hadapi. Masalah kita begitu banyak dan sangat besar. Kita tidak tahu harus berbuat apa? Harus bertindak bagaimana? Tetapi ingat, kita punya Allah.

Masa kesesakan adalah masa yang tepat untuk mengandalkan Allah. Ketika tidak ada roti untuk dimakan, atau air untuk diminum, tetapi hanya ada kesesakan dan keterkejutan, inilah saatnya untuk tidak secara berlebihan berduka, menggerutu, tenggelam, patah semangat, putus asa, melainkan saat untuk mengandalkan Allah. Jika di kapal, nakhoda memerintahkan petugas kapal untuk melemparkan jangkar ke bawah (ke laut) supaya jangkar dapat terkait pada batu karang untuk menahan kapal agar dapat bertahan dan tenang ketika ada ombak badai yang datang menerpa. Demikian juga seyogyanya kita orang percaya. Saat diserang badai, orang percaya harus melemparkan jangkarnya ke atas. Bukan ke bawah. Ke atas, kepada Allah, Dialah Batu Karang yang teguh tenpat jangkar kita terpaut. Kita melemparkan jangjar ke atas, Percaya dan mengandalkan Tuhan.

Menyerahkan hidup pada Tuhan, mengandalkan Dia merupakan obat penawar paling ampuh bagi kita untuk mendapat ketenangan hidup, melawan kelemahan, ketidakberdayaan, dan keterpurukan. Tatkala Tuhan mengijinkan beragam kesulitan hidup, ombak dan gelombang yang datang menerpa hidup kita, ada kedukaan, kesulitan ekonomi, pekerjaan dan sebagainya, tatkala la meremukan kita, tatkala panahNya menusuk kita, dan tekanan tangan-Nya yang menyakitkan, tatkala kita makan debu bagaikan roti dan minuman kita bercampur dengan tangisan, inilah saatnya untuk merangsang iman kita kembali ke tujuan sejati. Dalam situasi badai seperti ini, dudukkan iman di tempat pengemudi dan lindungi jiwa dari kekaraman.

Iman bergulat dengan Goliat penderitaan, dan sanggup mengalahkannya. Tatkala hati condong gagal, jiwa condong tak berdaya, iman mengambil “botol obat"-nya dan mengatur pemberian minuman penyegar iman. Di tengah semua badai, topan, dan prahara, ya, di tengah angin ribut kedukaan dan kesengsaraan, iman tahu bagaimana dan kapan melemparkan jangkar: “Janganlah gelisah hatimu: percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku" (Yoh. 14:1).

Iman adalah obat penawar ampuh dan penyembuh kita. menuntun kita kembali pada Allah. Iman memungkinkan kitaa tetap hidup di tengah kematian. Allah mempunyai sarana luar biasa untuk menanggulangi ketika sarana-sarana lain gagal. la mampu mengubah racun menjadi penawar ampuh, hambatan menjadi pendorong, dan penghancuran menjadi kelepasan. Burung gagak memberi makan Nabi Elia. Ikan besar Tuhan pakai menjadi kapal dan juga kaptennya Yunus. Tanpa sarana pun, Allah yang mahakuasa juga mampu berkarya. Bukankah begitu banyak kesaksian yang Alkitab berikan kepada kita ketika Allah membawa umat-Nya ke dalam situasi kebuntuan. Allah memberi manna kepada orang Israel untuk mereka makan. Memberi mereka minum dari bukit batu. Musa bersama dengan orang Israel digiring oleh Allah kepinggir laut Teberau. Yosua dan umat Israel digiring oleh Allah ke tepi sungai Yordan. Mengapa Ia melakukan itu? Ia melakukan ini agar mereka mengenal kesanggupan-Nya. Allah beserta dengan umatNya senantiasa, tetapi Ia paling ramah saat mereka paling terpuruk. Allah beserta dengan kita. Allah beserta dengan saudara. Bahkan Ia paling mengerti ketika engkau dan saya paling terpuruk dan jatuh ke tingkat yang paling terendah. Allah hadir di sana dan mengangkat kita memimpin kita untuk berjalan dalam kehendak-Nya, mencapai tujuan yang Dia sediakan bagi kita. Amin

 

 

Jakarta, 03 Juli 2021

BERUSAHALAH, JANGAN MENYERAH

  Berusahalah, Jangan Menyerah Salah satu tanda kehidupan adalah adanya usaha dan perjuangan. Sebatang pohon yang hidup maka akarnya akan te...