Layanilah seorang
akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang
sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Pet. 4:10)
Kasih karunia
Allah kepada orang percaya sungguh nyata dan sempurna dalam Tuhan Yesus
Kristus. Dia yang adalah Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai miliki yang harus dipertahankan. Melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia dan dalam
keadaannya sebagai manusia, ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati
di kayu salib. Yesus yang telah mati di kayu salib, telah dikuburkan, telah
bangkit naik kesorga dan akan datang kembali.
Dalam menantikan
kedatangan Kristus, maka Petrus mengingatkan kepada orang-orang Kristen Yahudi
yang diaspora. Mereka mengalami berbagai macam penderitaan, kesulitan dan
penganiayaan. Dengan realita hidup yang serba sukar, haruskah itu menjadi
alasan bagi mereka untuk tidak melayani Tuhan? Tidak. Di tengah peliknya
situasi yang menerpa hidup mereka, Petrus memerintahkan kepada umat yang
diperantauan supaya mereka melayani. Petrus tak sekedar mengingatkan mereka
yang sedang dalam berbagai penderitaan dan aniaya, tapi juga mengingatkan
kepada kita yang sedang hidup dalam situasi yang nyaman, tentram dan berkecukupan.
Mengapa kita melayani?
Pertama, melayani adalah kewajiban
setiap orang percaya. “Layanilah seorang
akan yang lain”. “Layanilah” adalah suatu bentuk kata perintah. Hukum dari
suatu perintah adalah wajib untuk dilakukan. Paulus menyebutkan bahwa
pemberitaan Injil sebagai suatu keharusan. “Celakalah aku bila aku tidak
memberitakan injil” (1 Kor 9:16b). Pelayanan kita kepada Tuhan akan nyata
ketika kita dapat melayani sesama manusia. Bila kita berkata bahwa kita
melayani Tuhan, namun orang yang ada di sekitar kita terabaikan, maka kita
sedang menipu diri sendiri.
Kedua, melayani adalah mengembalikan
karunia yang telah diberikan oleh Allah. “…sesuai
dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang…” Masing-masing individu
diberikan karunia yang berbeda oleh Allah. Dengan karunia yang berbeda-beda,
maka sebagai tubuh Kristus, kita harusnya saling melengkapi satu dengan yang
lain. Ketika Tuhan percayakan karunia kepada kita lebih dari pada yang lain, maka
tanggungjawab kita adalah melayaniNya dengan kelebihan yang ada pada kita.
Ketiga, melayani adalah kepercayaan dan
kehormatan. Petrus menyebut orang percaya, sebagai pengurus yang baik dari
kasih karunia Allah. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus berkata; “apa yang
telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada
orang-orang yang dapat dipercayai…” (2 Tim. 2:2). Sebagai pengurus dari kasih
karunia Allah, maka kita diberi tanggung jawab yang besar oleh Allah. Tanggung jawab
kita adalah bagaimana kita hidup menguasai diri dalam segala hal, memiliki hubungan
pribadi yang indah dengan Allah dan hidup dalam kasih persaudaraan yang harmonis
dengan sesama. Sehingga dengan demikian bayak orang diberkati melalui pelayan
kita dan nama Allah akan dimuliakan.
Melalui Retreat
Gereja Reformasi Indonesia, yang mengangkat tema Keluarga Rukun Kelurga
Melayani ini, mengingatkan kepada kita akan arti penting dalam melayani Tuhan. Selama
Tuhan perkenankan kita hidup seraya menanti kedatanganNya kembali kiranya kita
tetap dalam iman dan melayaniNya. Jangan terlena diketenangan dunia dan kelimpahan
yang ada sehingga membuat kita lalai dalam melayaniNya. Betapa kita sadar bahwa;
Melayani adalah harga mati yang harus dibayar oleh setiap orang percaya. Mamun,
itu pun tak percah cukup untuk membayar besarnya kasih karunia Allah yang telah
memberikan hidup yang kekal kepada setiap kita, orang percaya yang melakukan
kehendakNya. Tidak ada alasan bagi kita sebagai orang percaya untuk tidak melayani
Tuhan. Selamat beretreat dan selamat melayani, Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar