Kamis, 17 Mei 2018

Perhambaan Kehendak


The bondage of the will adalah satu pemikiran Martin Luther dalam menanggapi pemikiran Erasmus yang mendukung kemampuan moral alami manusia untuk mematuhi Injil. Erasmus berpandangan bahwa semua perintah Tuhan untuk taat membuktikan bahwa manusia memiliki “kehendak bebas” untuk melakukannya. Luther dengan pandai dan ironis mengungkapkan mengapa kehendak bebas adalah doktrin yang tidak benar dan tidak alkitabiah, yang ada akhirnya meremehkan Injil itu sendiri. Pemikiran Luther menghujam langsung pada inti permasalahan : Apakah keselamatan hanya oleh anugerah, atau berumber dari gabungan antara alam dengan sedikit percikan kasih karunia? Isu ini bukan saja ada di era reformasi, tetapi masih saja relevan untuk dibahas, dipikirkan dan disampaikan di era sekarang. Mengingat pandangan tentang kehendak bebas masih saja menjadi kontribusi orang Kristen di jaman ini. Dan masih banyak orang Kristen yang membawa asumsi alkitabiah yang dijunjung oleh Erasmus, yang menyatakan bahwa setiap perintah dari Tuhan untuk percaya atau mematuhi Injil menyiratkan kemampuan moral manusia untuk melakukannya. Logika semacam ini adalah melompat keluar dari kebenaran Alkitab.
Apa yang dikatakan oleh Luther kepada Erasmus, dalam menjawab pandangan tersebut. Luther berkata, “ketika anda telah selesai dengan semua perintah dan nasihat anda…saya akan menulis Roma 3:20 di atas segalanya. “…oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”. Dengan kata lain perintah ini tercantum untuk menunjukkan apa yang tidak dapat manusia lakukan dan ketidakmampuan manusia untuk melunasi hutang kepada Tuhan tidak menghilangkan tanggung jawab manusia untuk melakukannya. Selanjutnya, hal ini juga mengandung perintah Tuhan terhadap umat seeluruh dunia untuk bertobat dan percaya pada Injil suatu tindakan yang mustahil jika dilakukan tanpa pekerjaan supernatural dari Roh Kudus yang menyatukan manusia berdosa (orang percaya) dengan Kristus. Sebab hanya anugerah dari Yesus Kristus melalui Roh Kudus yang dapat memberi pencerahan terhadap Firman dengan sedemikian rupa, untuk mencelikkan mata dan membukakan telinga sehingga dapat melihat keindahan dan kesempurnaan Kristus serta karyaNya.
Manusia yang berdosa tidak akan mampu melihat kesempurnaan Kristus dan dengan sendirinya tidak akan memiliki kapasitas untuk mencintai hal yang spiritual, sehingga bergantung sepenuhnya kepada Tuhan untuk menerjemahkan Firman dan membawa mereka dari kegelapan kepada terang. Luther menyatakan bahwa manusia telah kehilangan kemerdekaannya dan telah ditundukan dibawah dosa sehingga ia tidak bisa dengan sendirinya mengejar kebaikan. Manusia berdosa pada dasarnya adalah selalu mengejar kejahatan. Tercatat pula bahwa perintah Allah tidak diberikan secara sembarangan tetapi dengan tujuan agar manusia yang buta dan sombong dapat menyadari kegagalan dan ketidakmampuannya untuk melaksanakan perintah tersebut dan dengan demikian menyadari keberdosaan mereka.
Luther menunjukkan kepada Erasmus kegagalannya dalam menyadari bahwa “kehendak bebas” tidak dapat melakukan apa pun tanpa adanya anugerah. Luther berkata bahwa merupakan kedaulatan tersembunyi Allah dalam mengizinkan (menganugerahkan) sebagian manusia menerima Firman, yaitu mereka yang dikasihi-Nya, dan sebagian orang “dibiarkan” dalam kebinasaan karena keberdosaan mereka. Kristus berinkarnasi, menderita dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita yang berdosa walaupun banyak yang menolak dan melawannya, sebagaimana tertulis dalam Yohanes 1:5 “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya”. Tidak semua manusia berdosa menerima pengorbanan Kristus (Yoh. 1:11 “Ia telah ada di dalam dunia…tetapi dunia tidak mengenal-Nya”) dan ini merupakan bagian dari kedaulatan Allah. Di sini Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kemampuan manusia untuk menerima anugerah bergantung pada anugerah dari Tuhan sendiri. Luther menulis “biarkan semua yang meneriakkan “kehendak bebas” berjuang sekuat tenaga mereka di dalam dunia, hal tersebut tidak pernah akan menghindarkan manusia dari hati yang dikeraskan jika Tuhan tidak menganugerahkan Roh Kudus, apa pun dari mendapatkan pengampunan jika ia bergantung pada dirinya sendiri.
Kemahakuasaan dan kemahatahuan Allah dengan sendirinya telah meruntuhkan argumentasi “kehendak bebas”. Allah yang begitu baik dan berbelaskasihan tidak mungkin meninggalkan manusia untuk tenggelam dan berjuang sendiri dalam keberdosaannya, seakan-akan ia menikmati penderitaan manusia ciptaanNya. Sungguh suatu kekejian untuk berpikir sedemikian mengenai Allah. Allah sendiri menyatakan bahwa kedagingan manusia tidak memampukan manusia untuk mengejar yang lain dari kehendak daging, maka “kehendak bebas” hanya akan berakhir dengan dosa.
Apa yang bisa dilakukan oleh manusia tanpa Roh Kudus? Sesuai dengan perkataan Kristus, “…sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:5). Suatu penyimpangan yang sangat fatal untuk berpikir bahwa manusia bisa mencari jalan tengah mereka sendiri dari kerajaan setan kepada kerajaan Allah, saat Allah sendiri menyatakan bahwa manusia dalam kedagingannya tidak akan mampu dengan kemampuannya sendiri datang kepada Allah. Semua ayat dalam Alkitab yang menyatakan bantuan adalah ayat-ayat yang menentang konsep “kehendak bebas” yang tidak terhitung banyaknya. Karena dibutuhkan anugerah, dan bantuan yang diperoleh dari anugerah tersebut, karena “kehendak bebas” tidak dapat melakukan apa pun.


BERUSAHALAH, JANGAN MENYERAH

  Berusahalah, Jangan Menyerah Salah satu tanda kehidupan adalah adanya usaha dan perjuangan. Sebatang pohon yang hidup maka akarnya akan te...