Dalam bagian ini penggalan
kisah perjalan Daud melarikan diri dari kejaran Saul yang ingin membunuhnya.
Setelah Daud sampai pada Kota Gad. Dimana di sana dia berlaku seperti orang
yang sakit ingatan. Mungkinkah ini sebagai suatu starteginya untuk menghindari
tindakan pembunuhan atas dirinya oleh Akhis, raja kota Gad.
Dari kota Gad, Daud pergi
melarikan diri ke gua Adulam. Kata Adulam memiliki arti tempat yang
tertutup. Di kala itu, gua menjadi tempat persembunyian paling favorit
bagi orang-orang yang bermasalah seperti buronan, penjahat, perampok, preman
atau yang sering disebut sebagai 'sampah' masyarakat. Apa yang
dialami oleh Daud, hal dimana dia ingin dibunuh oleh Saul sampai pada saudara-saudara
dan keluarga Daud. Ketika mereka mendengar dan mengetahui bahwa Daud ada di Gua
Adulam mereka pergi ke sana untuk mendapatkan dia. Bukan hanya saudara-saudara
dan keluarganya yang datang kepada Daud. Tetapi juga sejumlah orang yang sedang
mengalami masalah. Dikatakan bahwa berhimpun juga kepada Daud setiap orang yang
dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang
yang sakit hati. Kira-kira empat ratus orang menggabung diri dengan Daud, dan
Daud menjadi pemimpin bagi mereka. Menggabungkan diri dengan Daud tentu menjadi
kekuatan, semangat, rasa aman dan nyaman bagi mereka yang sedang mengalami
masalah, karena mereka bisa mendapatkan penghiburan dan memiliki seorang yang
dapat mengayomi mereka. Ini tentu bagian dari cara Tuhan untuk melatihnya,
untuk mengayomi, memimpim dan menjadi tempat pengaduan serta perteduhan bagi
rakyat yang dia akan pimpin.
Semua orang yang ada dalam
rumah tangga Isai sekarang tinggal bersama-sama dengan Daud. Tetapi Daud tidak
ingin kedua orang tuanya tinggal bersama dia dalam pelarian. Mereka sudah
berusia lanjut dan tidak lagi sanggup kalau harus tinggal di tempat-tempat yang
sulit dalam pelarian. Berada dalam kesulitan tidak berarti boleh mengabaikan
hukum Tuhan. Daud tahu kalau dia harus mencari tempat perlindungan bagi kedua
orang tuanya. Dia menemukannya justru di tempat raja Moab. Kerajaan yang
menjadi musuh Saul, tetapi merupakan kerajaan tempat nenek moyang Daud – Rut –
berasal. Maka dia memohon kepada raja Moab untuk menampung kedua orang tuanya.
Dari gua Adulam, Dau pergi ke
Mizpa di Moab. Ia pergi menemui raja Moab untuk meminta izin kepada raja supaya
ayah dan ibunya bisa tinggal di Moab seraya Daud menanti dan mengetahui apa
yang Tuhan lakukan atasnya. Lalu Daud mengantar mereka kepada raja Moab dan
mereka tinggal bersama-sama dengan dia selama Daud ada di kubu gunung. Apa yang
Daud lakukan dengan menemui raja Moab dan meminta izin kepadanya supaya
keluarganya bisa tinggal di daerah kekuasaan raja Moab merupakan suatu sikap
dan tindakan yang baik serta sikap hormatnya pada raja Moab yang memiliki
otoritas atas wilayahnya. Memperhatikan hal ini, tentu kita bisa mengingat apa
yang pernah dilakukan oleh Yusuf ketika ia menghadap firaun untuk meminta izin
kepadanya tatkala ia meminta Yakub, ayahnya dan saudara-saudaranya untuk pergi
dan tinggal di Mesir (Kej. 46). Apa yang Daud lakukan adalah bagaimana dia
memiliki perhatian yang indah dan baik bagi ayah, ibun dan saudara-saudaranya,
meskipun dia sendiri sedang mengalami pergumulan dan beban yang berat. Namun
dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melakukan yang terbaik baik bagi
orang-orang yang dikasihinya. Daud tidak mejadikan diri pusat perhatian dari
mereka apalagi menjadi beban bagi orang-orang disekitarnya.
Dalam menghadapi kesukarannya
Daud tidak mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk keluar
dan lepas dari kesulitan dan pergumulan hidup yang diajalani. Namun Daud tetap
menyerahkan kepada kehendak Tuhan. Dikatakan bagaimana dia berkata “sampai aku
tahu, apa yang dilakukan Allah kepadaku”. Dalam hal ini kita dapat melihat
bagaimana Daud menyerahkan hidupnya pada kehendak Tuhan. Dia tidak ingin
bertindak di luar jalur ketetapan dan kehendak Allah. Meski dia sendiri tidak
tahu apa yang Tuhan akan lakukan atasnya, dan berapa lama dia akan lepas dari
pengejaran dari Saul, namun Daud tetap bersandar pada Tuhan. Gambaran akan
relasi Daud dan penyerahan diri Daud kepada Tuhan dalam pelariannya dari
pengejaran Saul ini juga dapat terlihat bagaimana dia mengungkapkan dalam
mazmurnya (Mzr 57; Mzr 142). Fakta hidup yang dialami oleh Daud ini tak jarang
menggambarkan kehidupan banyak manusia, khusunya orang Kristen. Bagaimana
ketika hidup dicengkram kesulitan maka membuat diri dengan mudah menyerahkan
hidup pada pemeliharan Allah, mengingat Allah dan dekat dengan Dia. Namun
ketika hidup sudah “lapang” dalam banyal hal maka dengan mudah mengabaikan
Tuhan, seakan hidup tidak lagi bergumul dan memerlukan penyertaan dari Allah.
Namun alangkah indahnya ketika hidup mengalami berbagai warna kita tetap ada
dalam cinta kasih kepada Allah. Itu seharusnya kesadaran yang tinggi akan
anugerah Allah dalam diri orang percaya.
Tidak ingin Daud berada di
kubu gunung, Gad, seorang nabi, meminta dia untuk tidak tinggal di tempat
tersebut, ia meminta supaya Daud pergilah dan pulanglah ke tanah Yehuda.
Mendengar permintaan Gad tersebut maka Daud pun pergi dan masuk ke hutan Keret.
Dari perenungan akan cuplikan
kisah pergumulan Daud ini, mungkin ada beberapa pertanyaan yang dapat kita
renungkan. Apakah yang akan kita lakukan tatkala kita sedang mengalami
pergumulan hidup yang berat? Adakah kita mencari jalan pintas dengan
mengabaikan kebenaran Tuhan dan menghalalkan secaga cara? Atau adakah kita
tetap dalam kesabaran, menyerahkan hidup kepada Tuhan dan menanti jawaban yang
indah dari Dia?
Bagaimanapun beratnya
perjalanan hidup yang sedang kita lalui, tetaplah berserah kepada Tuhan,
percayakan hidup pada pimpinanNya, milikilah relasi yang indah dengan Allah,
naikan doa kepadaNya serta renungkan Firman yang adalah sumber kekautan bagi
jiwa kita. Amin.