Amon, Raja Yehuda Yang Meninggalkan Tuhan
2 Raja-raja 21
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang
bagaimana raja Manasye, dalam melakukan berbagai kejahatan di mata Tuhan selama
ia menjadi raja atas Yehuda. Sebagai akibatnya maka orang-orang Yehuda pun
menjadi berbuat jahat dan berdosa kepada Tuhan. Sebagai akibatnya Tuhan murka
terhadap mereka dengan mendatangkan berbagai hukuman atas kehidupan Yehuda. Apa
yang telah Tuhan perbuat atas mereka ternyata tidak membuat raja Amon yang
kemudian memerintah menjadi belajar untuk berbalik dari kejahatan. Ia justru
melanjutkan perbuatan jahat yang dilakukan oleh Manasye, ayahnya.
Amon diangkat menjadi raja atas Yerusalem ketika dia
berumur 20 tahun, dan memerintah selama 2 tahun. Ini suatu pemerintahan yang
relative sangat singkat bila dibanding dengan beberapa masa keperintahan raja
lainnya, apalagi bila disbanding dengan masa kepemerintahan Manasye, ayahnya.
Yang menjadi perhatian adalah bukan sekedar berbicara lamanya masa
kepemerintahannya, tapi apa yang dilakukannya selama ia memerintah? Bagaimana
kehidupannya selama ia memerintah. Itu jauh lebih penting. Penting bukan saja
bagi dirinya tapi juga bagi kehidupan rakyat yang dipimpinnya.
Apa yang dituliskan dalam Alkitab tentang apa yang
dilakukan oleh raja Amon ketika dia memerintah atas Yerusalem, ini menjadi
perhatian dalam tulisan ini. Alkitab menyatakan bahwa Amon melakukan apa yang
jahat di mata Tuhan. Mungkin kita akan bertanya, hal yang jahat apa yang
dilakukan oleh Amon? Pertama, ia
beribadah kepada berhala-berhala. Kedua, ia menyembah kepada berhala-berhala.
Ketiga, ia meninggalkan Tuhan. Keempat,
ia tidak hidup menurut kehendak Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh raja Amon sangat bertentangan
dengan apa yang Tuhan telah perintahkan kepada Musa. Raja Amon telah melawan
hukum Tuhan yang telah diberikan-Nya melalui perantaraan Musa dan para nabi.
Allah telah melarang umatNya untuk tidak menyembah dan beribadah kepada
ilah-ilah. Allah hanya menginginkan umatNya untuk beribadah kepada Dia, Tuhan
yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan yang telah membawa bangsa
Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Allah yang telah memberikan hukum dan
ketetapanNya melalui Musa. Raja Amon telah melawan Tuhan.
Tindakan Amon yang melawan Tuhan mengakibatkan hukuman
Tuhan atas dirinya. Ketika Amon memerintah sebagai raja, maka
pegawai-pegawainya memberontak terhadap dia. Mereka mengadakan persepakatan
untun melawan dan berusaha untuk membunuhnya diistana. Musuh-musuhnya bukan
berasal dari orang di luar istana. Musuh-musuh Amon adalah orang-orang di dalam
istana. Yaitu para pegawainya. Mungkin kita akan bertanya, mengapa para
pengawai begitu berniat jahat terhadap dia? Apa yang menyebabkan mereka berlaku
demikian terhadap rajanya? Mungkinkah
para pegawainya adalah orang yang telah sadar dari perbuatan jahat raja
sebelumnya, sehingga mereka ingin keluar dari kejahatan, yang mengakibatkan
murka Tuhan atas mereka? Mungkinkah mereka mendengar pemberitaan para nabi yang
diutus Tuhan untuk menyampaikan berita pertobatan kepada mereka? Sehingga
mereka tidak menginginkan raja yang berlaku jahat dan yang meninggalkan Allah
nenek moyang mereka.
Namun satu hal yang dijelaskan dalam bagian ini
terkait dengan mereka yang bersepakat untuk membunuh raja Amon. Bahwa rakyat
berpihak kepada raja Amon, sehingga rakyat membunuh para pegawai raja yang
melakukan persepakatan untuk membunuh raja. Raja yang memerintah dengan
melakukan hal yang jahat di mata Tuhan akan mendapatkan perlawanan, namun
disisi lain kita juga dapat melihat bahwa ada rakyat yang telah diracuni dengan
kejahatan akan melakukan pembelaan terhadap raja yang jahat pula. Disinilah
kita melihat bahwa kejahatan dilawan dengan kejahtan. Raja yang jahat dibela
juga oleh rakyat yang jahat. Itulah rantai dosa.
Selanjutnya, bagaimana akhir dari masa kepemerintahan
raja Amon. Kisah ini diakhiri dengan bagaimana rakyat mengangkat Yosia, anaknya
untuk menggantikan dia menjadi raja dan memeritah atas Yerusalem. Itulah
jabatan. Itulah masa kekuasaan. Kekuasaan, kepemerintahan manusia akan
berakhir. Tetapi kepemerintahan Allah akan hidup orang percaya tidak akan
pernah berakhir. Kekuasaan Allah atas hidup orang percaya tetap untuk
selama-lamanya.
Akhirnya raja Amon bukan saja mengakhiri masa
kepemerintahannya sebagai raja atas Yerusalem. Ia pun mengakhiri hidupnya di
dunia. Ia pun meninggal dan dikuburkan. Segala kisah hidup dengan semua yang
dilakukannya sebagai raja dicatat dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda.
Demikian halnya dengan hidup kita dengan segala yang akan kita lakukan, bukan
saja dicatat oleh generasi selanjutnya tetapi juga dicatat dalam catatan
sejarah yang kekal. Apakah hidup kita memuliakan Tuhan, apakah dalam hidup ini
kita telah melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, adakah kita setia kepada
Tuhan selama kita menjalani hidup yang Tuhan telah anugerahkan? Atau
jangan-jangan sebaliknya, kita telah mengikat hati dan hidup kita pada
berhala-berhala zaman. Mungkin kita telah mencintai diri lebih dari pada Tuhan,
mungkin kita telah mencintai pekerjaan, hobi harta kekayaan jabatan dan
lain-lainnya lebih dari pada kita mencintai Tuhan. Atau jangan-jangan kita
telah mencintai aktivitas religiusitas kita lebih dari cinta kita kepada Tuhan.
Siapa yang tahu? Sejujurnya diri kita yang tahu tentang siapa kita. Dan lebih
jujur lagi, hanya Tuhanlah yang tahu tentang siapa kita sesungguhnya. Karena
jangan sampai kita merasa kita telah mengasihi Tuhan, tapi Tuhan tidak
mengasihi kita. Jangan sampai kita merasa dikasihi oleh Tuhan, tapi ternyata
Tuhan murka dan menolak kita.
Mari belajar dari kisah kehidupan raja Amon. Janganlah
kiranya hati kita terikat pada ilah-ilah zaman, janganlah kiranya kita
memperhamba diri pada hal-hal yang bersifat kesementaraan dan janganlah kiranya
kita meninggalkan Tuhan hanya karena berbagai macam kesulitan hidup yang
sementara, janganlah kiranya kita meninggalkan Tuhan hanya karena ingin
kekayaan, kedudukan, kesehatan dll. Kiranya Tuhan menolong kita, memampukan
kita dan menuntun kita dalam hidup takut akan Dia. Amin