Rabu, 30 Juni 2021

Allah Tempat Perteduhan

 Dalam surat kepada orang percaya di Efesus, Paulus dalam doanya menyampaikan akan kelimpahan kasih karunia Allah dalam Tuhan Yesus Kristus yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan…(Ef. 3:20)

Tangan Tuhan yang mahakuasa merupakan dasar yang kokoh dan tempat yang aman bagi tempat orang kudus menaruh kepercayaan mereka. Berbagai gambaran yang dipakai oleh Alkitab untuk menyatakan akan Allah Yang Mahakuasa. Ia mengukur langit dengan jengkal-Nya (Yes. 40:12). Ia jaya dan perkasa (Mzm. 24:8) dan dengan memberi perintah maka terciptalah dunia (Mzm. 33:9). la adalah El-Shaddai, Allah yang Maha kuasa (Kej. 17:1). Kuasa-Nya yang besar jauh melebihi kebutuhan kita, doa-doa kita, pemikiran, dan semua yang mungkin pernah kita perlukan, minta, atau bayangkan. Kita dapat meminta hal-hal besar dan membayangkan bahkan yang lebih besar lagi. Namun kuasa Allah jauh melampaui semuanya. Jika kita membuka mulut lebar-lebar, maka Ia akan membuatnya penuh (Mzm. 81:11).

Jika manusia membuat penyangga bagi dirinya, apakah penyangga tersebut memiliki kekuatan untuk menopang manusia? Sudah pasti tidak. Penyangga buatan manusia tidak mampu menahan bobot jiwa yang tidak fana. Penyangga buatan cenderung ambruk di bawah kita. Tetapi Allah yang mahakuasa adalah gunung batu. Orang yang membangun di atas dasar-Nya akan kokoh walaupun angin melanda dan badai menerjang (Mat. 7:25). Di atas gunung batu itu Abraham telah mendirikan imannya yang melampaui akal, yaitu iman yang transenden (Rm. 4:21) demikian juga dengan Daud. Ia mendirikan keyakinannya yang tak tergoyahkan di atas gunung batu yang kokoh, yaitu Allah.

Alasan dan dasar lain untuk mengandalkan Allah ialah di atas kemurahan dan kelimpahan-Nya serta kebaikan-Nya yang cuma-cuma, dan tak terbatas. Hati-Nya lembut dan tangan-Nya kuat. la tidak pernah kekurangan hasrat ataupun kemampuan untuk memberi kelegaan. “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103:13). Seorang ayah yang melihat anaknya kekurangan akan berusaha untuk menolong anaknya. Seorang ayah tidak akan berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong anaknya jika ia melihat anaknya mengalami kekurangan. Itulah ayah yang baik. Jika anaknya meminta ikan maka ayah yang baik tidak akan memberikan ular sebagai gantinya, jika anaknya meminta telur apakah ayahnya akan memberikan kala jengking? (Luk. 11:11-12). Allah adalah Bapa yang begitu mengasihi anak-anak-Nya. Ia Tuhan yang sangat mengasihi umat-Nya. Kasih-Nya melampaui batas yang dapat dipikirkan dan dimohonkan oleh umat-Nya.

Betapa baiknya Allah. Allah sungguh Allah yang baik. Dia sajalah “yang terbaik.” Kebaikan adalah sifat-Nya yang memikat dan merupakan kemuliaan-Nya. Musa meminta untuk melihat kemuliaan Allah dan ia melihat kebaikan-Nya (Kel. 33:8). Sekalipun kita tidak layak memohon apa pun kepada Allah, namun Ia berkenan memberikan apa yang Dia ingin berikan kepada kita menurut kerelaan dan kekayaan kasih karunia-Nya. Allah memberikan diri dalam Tuhan Yesus Kristus yang menyerahkan nyawanya, rela mati di kayu salib  untuk menebus kita dari hukuman murka Allah yang membinasakan. Yesus Kristus datang ke dalam dunia,  rela berdiam bersama dengan manusia untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Apakah kita masih ragu akan pemeliharaan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan penyertaan Roh Kudus atas hidup kita? Kiranya tidak. Mari letakanlah hidup kita pada dasar yang kokoh, yaitu Allah sebagai gunung batu yang teguh. Dia adalah kekuatan dan hidup kita. Amin

Senin, 28 Juni 2021

Sandaran Hidup

            Apa yang menjadi objek andalan manusia? Apakah kesehatan? Atau kekuatan fisik? Usia yang masih muda? Otak yang pintar? Keluarga? Sahabat? Atau harta kekayaan? Apakah itu semua adalah akar dan pondasi untuk kita meletakan hidup? Jika ya, maka seberapa kuat semua hal tersebut untuk menjadi pondasi bagi kehidupan kita? Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya. Apakah kita menjadikan semua itu sebagai objek andalan kita. Bukan.

Tuhan seharusnya menjadi objek tunggal andalan orang percaya. Di tengah pergumulan hidup, topan badai, kita harus datang kepada Gunung Batu ini sebagai tempat perlindungan (Yes. 26:4). Saat panas terik, pohon jarak Yunus terbukti tidak berarti; tidak ada tempat teduh yang menyamai naungan sayap-Nya (Mzm. 36:8). Pengandalan atau kepercayaan yang kudus merupakan satu tindakan lazim sekaligus istimewa, menyembah kepada Allah yang kudus. Tidak boleh ciptaan berbagian dalam hal ini, karena itu akan menjadi ilah atau allah palsu. Memercayai dan mengandalkan Allah merontokkan engsel-engsel kepercayaan kita kepada yang lain termasuk kepercayaan kita pada diri sendiri. Kita tidak dapat mengandalkan Allah sekaligus Mamon. Seharusnya hanya ada satu tali busur kepercayaan kita, dan itu adalah Tuhan. Secara lebih khusus, kita tidak boleh meletakkan andalan kudus kita kepada apa pun, baik yang berada di dalam maupun di luar kita, selain kepada Allah. Kita tidak dapat bersandar pada pengertian sendiri (Ams. 3:5). Meletakkan dan menaruh kepercayaan pada sesuatu yang bukan Allah hanya akan menuntun kita ke tempat berlumpur yang mematikan. Pada kesesatan yang semakin jauh dari pusat kehidupan dan semakin masuk dalam kegelapan yang tidak ada setitik pun sinar di sana.

Kita tidak dapat mengandaikan hati kita sendiri, karena hati kita terlalu licik (Yer. 17:9). Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan fisik kita. Lengan yang paling berotot pun akan gagal sama sekali tatkala diserang kematian dan penyakit. Kaki yang sekarang berdiri kokoh laksana pilar tembaga segera akan tampak aslinya, pilar cetakan tanah liat yang rapuh. Kita tidak dapat mengandalkan keunggulan-keunggulan alami kita yang adalah pinjaman, semua ini adalah kesia-siaan. Tidak ada juga hal-hal di luar diri kita yang dapat kita andalkan, selain Allah. Mengandalkan apa pun yang merupakan bagian dari alam ciptaan ibarat memberi diri makan kerikil. Kita tidak boleh mengandalkan kekayaan yang melimpah, sekalipun dalam aliran paling lancar dan limpah, kekayaan adalah hal yang paling tidak menentu dan tidak akan berfaedah pada hari penghakiman. Harta kekayaan apapun tidak memiliki nilai yang stabil. Nilainya bisa berubah kapanpun. Harta kekayaan bisa hilang, entah karena diambil pencuri atau karena bencana seperti kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya. Harta kekayaan berapapun banyaknya dan sebesar apapun nilainya tetap adalah benda mati. Dan itu bisa dicari, bisa dibeli. Karena itu jika kita percaya pada harta kekayaan untuk hidup maka kita akan sia-sia.

Orang yang mengandalkan kekayaan tidak pernah dapat mengharapkan warisan pusaka di sorga. Lebih muIah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya memasuki gerbang kemuliaan sorga. Demikian juga jika mengandalkan manusia, yang tidak lain adalah buluh yang patah. Manusia hanyalah debu dan harapan-harapan kita lenyap bersama kematian. Ah, tetapi orang kudus mendapatkan dasar fondasi kokoh dengan mengandalkan Allah! Semua yang kita temukan di dalam Allah akan mengajarkan kepada kita untuk menempatkan kepercayaan kita di dalam Dia saja. Percayalah kepada Allah. Allah kita adalah tempat kita bersandar dengan aman. Karena itu Yesaya mendorong atau memerintahkan bahwa percaya pada Tuhan adalah selama-lamanya bukan hanya dalam situasi tertentu saja tetapi dalam setiap musim hidup kita. Percayalah pada Tuhan bukan hanya sesaat atau sementara, tetapi selama-lamanya. Amin

Minggu, 27 Juni 2021

Allah Punya Rencana Bagi Kita

Allah mempunyai rencana atas setiap kehidupan kita. Itu adalah suatu penghiburan yang perlu kita sadari dalam kehidupan ini. Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini berada dalam kedaulatan dan kuasa-Nya, termasuk penderitaan dan beragam kesulitan hidup yang kita hadapi seperti masa pandemic covid yang sedang terjadi. Allah mengetahui setiap kondisi hidup yang kita hadapi, bahkan rambut di kepala kita sekalipun Allah mengetahuinya (Luk. 12:7). Karena itu tidak perlu kita mengalami ketakutan yang berlebihan.

Percayakan hidup secara total kepada Allah. Walau goncangan ini telah mempengaruhi banyak dari kita. Tapi kita tetap percaya bahwa Allah tidak pernah terlelap dan tertidur (Mzm. 121:4). Firman Kebenaran ini memberi penghiburan dan sukacita bagi kita untuk tetap memiliki kekuatan dan bersandar terus pada Tuhan dan tetap percaya pada pemeliharaan-Nya. Kita percaya bahwa Dia sanggup menolong kita untuk melewati berbagai kesulitan yang sementara ini. Kesulitan yang kita hadapi akan berakhir, walau terkadang harus berakhir dengan kematian. Namun kita tetap berpegang pada janji Allah bahwa Ia akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Flp. 4:19). Ingat akan janji Allah bahwa Ia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Tetap semangat…tetap kuat. Tuhan Yesus menyertai kita semua. Amin

BERUSAHALAH, JANGAN MENYERAH

  Berusahalah, Jangan Menyerah Salah satu tanda kehidupan adalah adanya usaha dan perjuangan. Sebatang pohon yang hidup maka akarnya akan te...