Dalam surat kepada orang percaya di Efesus, Paulus dalam doanya menyampaikan akan kelimpahan kasih karunia Allah dalam Tuhan Yesus Kristus yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan…(Ef. 3:20)
Tangan
Tuhan yang mahakuasa merupakan dasar yang kokoh dan tempat yang aman bagi tempat
orang kudus menaruh kepercayaan mereka. Berbagai gambaran yang dipakai oleh
Alkitab untuk menyatakan akan Allah Yang Mahakuasa. Ia mengukur langit dengan
jengkal-Nya (Yes. 40:12). Ia jaya dan perkasa (Mzm. 24:8) dan dengan memberi perintah
maka terciptalah dunia (Mzm. 33:9). la adalah El-Shaddai, Allah yang Maha kuasa
(Kej. 17:1). Kuasa-Nya yang besar jauh melebihi kebutuhan kita, doa-doa kita,
pemikiran, dan semua yang mungkin pernah kita perlukan, minta, atau bayangkan.
Kita dapat meminta hal-hal besar dan membayangkan bahkan yang lebih besar lagi.
Namun kuasa Allah jauh melampaui semuanya. Jika kita membuka mulut lebar-lebar,
maka Ia akan membuatnya penuh (Mzm. 81:11).
Jika
manusia membuat penyangga bagi dirinya, apakah penyangga tersebut memiliki
kekuatan untuk menopang manusia? Sudah pasti tidak. Penyangga buatan manusia
tidak mampu menahan bobot jiwa yang tidak fana. Penyangga buatan cenderung
ambruk di bawah kita. Tetapi Allah yang mahakuasa adalah gunung batu. Orang
yang membangun di atas dasar-Nya akan kokoh walaupun angin melanda dan badai
menerjang (Mat. 7:25). Di atas gunung batu itu Abraham telah mendirikan imannya
yang melampaui akal, yaitu iman yang transenden (Rm. 4:21) demikian juga dengan
Daud. Ia mendirikan keyakinannya yang tak tergoyahkan di atas gunung batu yang
kokoh, yaitu Allah.
Alasan
dan dasar lain untuk mengandalkan Allah ialah di atas kemurahan dan
kelimpahan-Nya serta kebaikan-Nya yang cuma-cuma, dan tak terbatas. Hati-Nya
lembut dan tangan-Nya kuat. la tidak pernah kekurangan hasrat ataupun kemampuan
untuk memberi kelegaan. “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian
Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103:13). Seorang
ayah yang melihat anaknya kekurangan akan berusaha untuk menolong anaknya. Seorang
ayah tidak akan berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa untuk menolong anaknya
jika ia melihat anaknya mengalami kekurangan. Itulah ayah yang baik. Jika
anaknya meminta ikan maka ayah yang baik tidak akan memberikan ular sebagai gantinya,
jika anaknya meminta telur apakah ayahnya akan memberikan kala jengking? (Luk.
11:11-12). Allah adalah Bapa yang begitu mengasihi anak-anak-Nya. Ia Tuhan yang
sangat mengasihi umat-Nya. Kasih-Nya melampaui batas yang dapat dipikirkan dan
dimohonkan oleh umat-Nya.
Betapa
baiknya Allah. Allah sungguh Allah yang baik. Dia sajalah “yang terbaik.”
Kebaikan adalah sifat-Nya yang memikat dan merupakan kemuliaan-Nya. Musa
meminta untuk melihat kemuliaan Allah dan ia melihat kebaikan-Nya (Kel. 33:8).
Sekalipun kita tidak layak memohon apa pun kepada Allah, namun Ia berkenan
memberikan apa yang Dia ingin berikan kepada kita menurut kerelaan dan kekayaan
kasih karunia-Nya. Allah memberikan diri dalam Tuhan Yesus Kristus yang menyerahkan
nyawanya, rela mati di kayu salib untuk
menebus kita dari hukuman murka Allah yang membinasakan. Yesus Kristus datang
ke dalam dunia, rela berdiam bersama
dengan manusia untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Apakah kita masih ragu
akan pemeliharaan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan penyertaan Roh Kudus atas
hidup kita? Kiranya tidak. Mari letakanlah hidup kita pada dasar yang kokoh,
yaitu Allah sebagai gunung batu yang teguh. Dia adalah kekuatan dan hidup kita.
Amin