Dalam zaman kepemerintahan raja Yosafat, bangsa Israel menghadapi peperangan melawan bani Moab dan bani Amon. Mereka bangsa yang besar, kuat dan punya pasukan yang banyak jika di bandingkan dengan orang Israel. Raja Yosafat menjadi takut. Apakah Yosafat akan menyerah, putus asa, dan takluk kepada musuhnya? Tidak. Yosafat mencari Tuhan. Ia berseru kepada Tuhan. Dia datang kepada Allah. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Salah satu kalimat yang ia ucapkan adalah “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu” (2 Taw. 20:12).
Apa yang di
hadapi oleh Yosafat merupakan gambaran hidup yang mungkin sedang kita hadapi, atau akan kita hadapi. Masalah
kita begitu banyak dan sangat besar. Kita tidak tahu harus berbuat apa? Harus bertindak
bagaimana? Tetapi ingat, kita punya Allah.
Masa
kesesakan adalah masa yang tepat untuk mengandalkan Allah. Ketika tidak ada
roti untuk dimakan, atau air untuk diminum, tetapi hanya ada kesesakan dan
keterkejutan, inilah saatnya untuk tidak secara berlebihan berduka, menggerutu,
tenggelam, patah semangat, putus asa, melainkan saat untuk mengandalkan Allah. Jika
di kapal, nakhoda memerintahkan petugas kapal untuk melemparkan jangkar ke
bawah (ke laut) supaya jangkar dapat terkait pada batu karang untuk menahan
kapal agar dapat bertahan dan tenang ketika ada ombak badai yang datang
menerpa. Demikian juga seyogyanya kita orang percaya. Saat diserang badai,
orang percaya harus melemparkan jangkarnya ke atas. Bukan ke bawah. Ke atas,
kepada Allah, Dialah Batu Karang yang teguh tenpat jangkar kita terpaut. Kita melemparkan
jangjar ke atas, Percaya dan mengandalkan Tuhan.
Menyerahkan
hidup pada Tuhan, mengandalkan Dia merupakan obat penawar paling ampuh bagi kita
untuk mendapat ketenangan hidup, melawan kelemahan, ketidakberdayaan, dan
keterpurukan. Tatkala Tuhan mengijinkan beragam kesulitan hidup, ombak dan
gelombang yang datang menerpa hidup kita, ada kedukaan, kesulitan ekonomi,
pekerjaan dan sebagainya, tatkala la meremukan kita, tatkala panahNya menusuk
kita, dan tekanan tangan-Nya yang menyakitkan, tatkala kita makan debu bagaikan
roti dan minuman kita bercampur dengan tangisan, inilah saatnya untuk
merangsang iman kita kembali ke tujuan sejati. Dalam situasi badai seperti ini,
dudukkan iman di tempat pengemudi dan lindungi jiwa dari kekaraman.
Iman
bergulat dengan Goliat penderitaan, dan sanggup mengalahkannya. Tatkala hati
condong gagal, jiwa condong tak berdaya, iman mengambil “botol obat"-nya
dan mengatur pemberian minuman penyegar iman. Di tengah semua badai, topan, dan
prahara, ya, di tengah angin ribut kedukaan dan kesengsaraan, iman tahu
bagaimana dan kapan melemparkan jangkar: “Janganlah gelisah hatimu: percayalah
kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku" (Yoh. 14:1).
Iman adalah
obat penawar ampuh dan penyembuh kita. menuntun kita kembali pada Allah. Iman
memungkinkan kitaa tetap hidup di tengah kematian. Allah mempunyai sarana luar
biasa untuk menanggulangi ketika sarana-sarana lain gagal. la mampu mengubah
racun menjadi penawar ampuh, hambatan menjadi pendorong, dan penghancuran
menjadi kelepasan. Burung gagak memberi makan Nabi Elia. Ikan besar Tuhan pakai
menjadi kapal dan juga kaptennya Yunus. Tanpa sarana pun, Allah yang mahakuasa
juga mampu berkarya. Bukankah begitu banyak kesaksian yang Alkitab berikan
kepada kita ketika Allah membawa umat-Nya ke dalam situasi kebuntuan. Allah
memberi manna kepada orang Israel untuk mereka makan. Memberi mereka minum dari
bukit batu. Musa bersama dengan orang Israel digiring oleh Allah kepinggir laut
Teberau. Yosua dan umat Israel digiring oleh Allah ke tepi sungai Yordan. Mengapa
Ia melakukan itu? Ia melakukan ini agar mereka mengenal kesanggupan-Nya. Allah
beserta dengan umatNya senantiasa, tetapi Ia paling ramah saat mereka paling
terpuruk. Allah beserta dengan kita. Allah beserta dengan saudara. Bahkan Ia
paling mengerti ketika engkau dan saya paling terpuruk dan jatuh ke tingkat yang
paling terendah. Allah hadir di sana dan mengangkat kita memimpin kita untuk
berjalan dalam kehendak-Nya, mencapai tujuan yang Dia sediakan bagi kita. Amin
Jakarta, 03 Juli 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar