Dalam kehidupan sehari-hari
yang kita jumpai atau kita jalani beragam tipe manusia. Pertama, ada yang
banyak dan fasih dalam berbicara tetapi kurang dalam tindakan atau mungkin juga
tidak ada tindakan sama sekali. Kedua ada tipe orang yang sedikit berbicara
tetapi kaya dalam tindakannya. Tipe yang ketiga adalah, ada orang yang balance
dalam perkataan dan tindakan. Dalam hal ini apa yang dikatakannya itulah yang
dilakukannya. Hidup seseorang bukan saja tentang apa yang dikatakannya, tetapi
apa yang dilakukannya? Bagaimana seseorang melakukan sesuatu? Itu manusia. Bagaimana
dengan Allah? Mari melihat apa yang ditulis oleh seorang pemazmur; Sebab Dia
berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada (Mazmur
33:9).
Apa yang diucapkan Allah
adalah tindakan-Nya sekaligus. Semua janji-Nya merupakan satu kesatuan dengan
penggenapannya. Ia sungguh berkehendak untuk menggenapi Firman-Nya sesuai
dengan apa yang dijanjikan-Nya. Tidak ada jarak antara kata dan tindakan-Nya,
tidak seperti manusia. Perkataan dan tindakan Allah adalah satu kesatuan.
Pertimbangan ini langsung menyingkirkan hambatan utama iman. Bukankah hal ini
yang melemahkan keyakinan kita akan janji-janji Allah? Bukankah kita menganggap
penggenapan janji-janji Allah sebagai tidak pasti dan sulit, atau di masa
mendatang dan masih sangat lama? Jika kita mampu memandang penggenapan sepasti
janji-Nya, iman dapat menyimpulkan bahwa penggenapan janji-janji Allah adalah
pasti, mudah, dan terjadi pada saat ini.
Akar semua kepastian adalah
kehendak Allah. Jika Ia berkehendak untuk menjanjikan, la juga berkehendak
untuk menggenapi. Bagi Allah, kedua hal ini sama. Orang percaya memiliki hak
yang tidak perlu dipertanyakan terhadap semua hal yang dijanjikan Allah. Semua
janji itu diwariskan kepada orang percaya melalui kehendak kekal Sang Bapa, dan
telah lunas dibayar oleh darah Kristus yang mahal. Seluruh esensi Allah yang
mulia terlibat demi penggenapan setiap janji-Nya. la akan berhenti menjadi
Allah jika gagal menggenapi janji-Nya yang mana pun. Karena Ia bukan Allah jika
la bukan Yang Paling Sempurna. Seandainya Ia tidak menggenapi janji-janji-Nya,
hal ini akan menyingkirkan Dia sebagai yang mutlak sempurna.
Jika Ia tidak menggenapi
janji-janji-Nya, Ia dapat dikatakan tidak memiliki kehendak, atau kemampuan.
Artinya: Ia memiliki kekurangan, baik dalam hal kuasa maupun hikmat. Jika la
tidak pernah berkehendak untuk menggenapi, lalu bagaimana la dapat dianggap
benar? Jika la pernah berkehendak, tetapi sekarang berubah pikiran, bagaimana
Ia dapat disebut Allah Yang Mustahil Berubah? Jika la bukan Yang Mustahil
Berubah, Ia tidak kekal. Sepasti Ia adalah Allah, la akan mewujudkan
janji-janji-Nya. Kita sama saja mengatakan tidak ada Allah bila meragukan
penggenapan atas janji-janji-Nya. Kemuliaan keberadaan-Nya dipertaruhkan di
sini. Ia tidak kehilangan apa pun jika la menggenapi janji-janji-Nya, tetapi
jika tidak, la akan kehilangan segalanya. Ia melibatkan diri-Nya tatkala la
menerapkan Firman-Nya. Manusia dapat tetap sebagai manusia meskipun tidak
setia, sebaliknya Allah tidak dapat tetap sebagai Allah apabila Dia tidak
setia: Ia tidak dapat menyangkal Diri-Nya sendiri.
Betapa bersyukurnya kita
memiliki Allah yang telah beranugerah kepada kita dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dia tidak pernah melalaikan firman-Nya. Allah yang kita sembah dalam Tuhan
Yesus Kristus adalah Allah yang menggeanpi seluruh firman-Nya, bagi kita yang
dikasihi dan mengasihi-Nya. Karena itu jangan pernah ragu akan kebenaran firman
Allah. Tuhan menolong dan memberkati kita dalam melakukan kehendak-Nya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar