Kamis, 15 Februari 2018

MISTERI SALIB



(Suatu perenungan memaknai Minggu sengsara mengingat penderitaan Yesus Kristus)

Pengakuan iman rasuli merupakan kredo resmi. Kredo tersebut dikenal juga sebagai pengakuan iman gereja Kristen yang paling awal, yang di dalamnya terdapat kalimat-kalimat crusial yang mengandung makna yang memberi kehidupan. Pada bagian tengah dalam pengakuan iman rasuli menegaskan tentang siapa Yesus. Di dalam bagian tersebut dikatakan tentang Dia: “Menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan.” Bagian ini merangkum pernyataan-pernyataan tentang bagaimana kredo orang percaya mula-mula. Kredo ini tercatat dalam Alkitab, secara khusus PB. Kredo ini berlandas pada Kitab Suci. Rasul Paulus, ketika dia berbicara tentang Injil, menegaskan, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor. 15:3-5).
Yesus Kristus yang menderita, disalibkan, mati, dikuburkan, bangkit dan naik ke surga merupakan pusat iman Kristen. Apa yang telah ditimpakan kepada-Nya telah ditanggung-Nya. Dan itu semua adalah realita dan fakta yang tak terbantahkan. Walau banyak orang yang menyangkal, tak percaya dan tak terikat iman kepada-Nya. Craig A. Evans dan N.T. Wright, dalam sebuah buku yang berjudul Hari-hari terakhir Yesus, mengatakan bahwa, semua sejarawan tulen, religius atau tidak, percaya Yesus dari Nazaret sungguh hidup di abad pertama dan dihukum mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, gubernur Yudea dan Samaria. Dikatakan lebih lanjut, meskipun hal ini umum diketahui di antara para ilmuwan, masyarakat belum tentu menyadarinya. Dan keberatan tetap ada dan tetap berlangsung.
Mungkin tidak sedikit orang yang menolak realitas yang dialami oleh Yesus, karena dalih hal tersebut ditegaskan oleh Kitab Suci (Alkitab) dan Kekristenan mula-mula. Tetapi harus diingat, bahwa fakta kematian Yesus juga diterima oleh para penulis Yahudi dan Romawi. Yosefus, seorang sejarawan dan apologet Yahudi abad pertama yang berhasil luput dari pemberontakan melawan Roma yang mengakibatkan  bencana besar, menyatakan bahwa Yesus telah dituduh oleh para pemimpin Yahudi, dan dihukum untuk disalibkan oleh Pilatus. Selain Yosefus, seorang sejarawan Roma bernama Tacitus, mengatakan; “Kristus…menderita hukuman mati sewaktu pemerintahan Tiberius dengan keputusan procurator Pontius Pilatus.” Seorang lain, bernama Lucian dari Samosata, dalam rujukan yang menyindir Peregrinus dan orang Kristen yang sesaat dijadikannya teman, merujuk kepada Yesus sebagai “orang yang disalibkan di Palestina” “orang pandai yang disalibkan itu.” Dan seorang terakhir yang merujuk pada kematian Yesus, “orang bijak” orang yahudi, itu yang disebutkan oleh Mar bar Serapion, seorang Syria, dalam sebuah surat yang ditulis kepada putranya seekitar akhir abad pertama.
Realitas kematian Yesus juga mendapat peneguhan dalam fakta sederhana bahwa peristiwa tersebut tidak diantisipasi oleh para pengikut-Nya. Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan dan kematian-Nya yang sudah dekat, Petrus juru bicara para murid menarik gurunya kesisi lalu menegur-Nya (Mrk. 8:31-38), suatu tanda jelas tentang ketidaksiapan Petrus menerima hal tersebut. Apa yang mereka harapkan? Mereka berharap duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus, untuk membentuk pemerintahan baru bagi Israel (Mat. 19:28; Mrk. 10:35-40; Luk. 22:28-30). Namun apa yang terjadi, Kerajaan (pemerintahan) Allah telah menyingsing dan pemerintahan iblis segera akan berakhir (Mrk. 1:15;3:11,22-27; Luk. 10;17-19;11:20).
Mulanya kematian Yesus bagi para pengikut-Nya adalah sumber aib dan memalukan. Dan kepada aib itulah Paulus merujuk ketika ia menyatakan bahwa ia “tidak malu akan Injil” (Rm. 1:16). Dalam pemikiran dunia Romawi, anak-anak Allah, pahlawan, juruselamat tidak mati disalib. Pada waktu itu tidak ada sentimentalitas terkait kematian Yesus dan pasti tidak juga pada salib, suatu symbol yang mengerikan dalam dunia Romawi kuno. Melalui kematian Yesus yang disalib maka membuat salib disebut sebagai kabar baik.  Jika Yesus tidak disalib, maka orang Yahudi dan non Yahudi tidak akan pernah mengerti Injil/kabar baik yang menyelamatkan, Injil yang memberi kehidupan.
Sungguh, kematian Yesus bukan fiksi. Kematian Yesus adalah realitas sejarah yang suram. Sejarah yang gelap. Hal itu justrus dikemukakan oleh orang yang bukan Kristen, dan merupakan suatu peristiwa yang meruntuhkan semangat para pengikut-Nya. Khususnya pada peristiwa penyaliban, para murid lari tercerai berai meninggalkan-Nya, Petrus menyangkal-Nya. Tetapi ingat, disalib yang dipandang aib, disalib yang dipandang memalukan, di salib yang dipandang hina, disitulah dosa diselesaikan, di situlah maut dikalahkan, disitulah kemenangan yang sejati, disitulah terdapat pengharapan dan kehidupan yang kekal. Ketika seorang penyamun yang sedang tersalib berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Yesus, Sang Juruselamat  yang sedang tersalib menjawab, Dia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."(Luk. 23:42-43). Di salib, di bawah Yesus yang sedang tersalib, seorang kepala pasukan yang sebelumnya dengan teriakan lantang, muka garang dan aksi beringas menyalibkan-Nya, ia bertekut lutut, melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!" (Luk. 23:47)
Itulah fakta Salib Kristus, kebenaran dan kekuatan Salib. Jangan keraskan hati mu, datanglah pada-Nya, pada salib Kristus, di sana, pada-Nya kita mendapatkan kehidupan yang sejati. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERUSAHALAH, JANGAN MENYERAH

  Berusahalah, Jangan Menyerah Salah satu tanda kehidupan adalah adanya usaha dan perjuangan. Sebatang pohon yang hidup maka akarnya akan te...